Rabu, 30 April 2008

bingung..

dilema..


perasaan sering banget ngadepin dilema.. (lebih dari 1x kan memang bisa dibilang sering :D).. hmm.. Saat sisi negatif saya yang munucul, pikiran" seperti " kenapa seh dulu milih untuk nikah muda?", "coba klo blm nikah, bisa belanja ini-itu, maen kesini-kesana, masih nerusin kuliah.. bla.. bla.. bla.." -keliatan banget masih anak"nya teh, yang kepikirannya senang" aja, heuheuheu...padahal ternyata ikatan sakral pernikahan itu ga semudah dan seindah yang saya pikir.. yah intinya ngeluh dengan keadaan sekarang.. hal ini memang terjadi di semua kasus kan, ga hanya nikah.. semuanya juga ga selamanya indah.. ga selamanya lancar, ga sleamanya mulus.. pasti ada ujiannya.. sekolah aja ada ujiannya, apalagi pernikahan..



Padahal kalo dipikir", di sisi lain, di luar sana banyak perempuan yang seumuran saya atau bahlan lebih muda ada yang sudah menikah dan punya beberapa anak bahkan tidak sedikit yang menginginkan pasangan hidup..



Ternyata yang jadi pangkal masalah dari semua ini adalah karna kurangnya rasa bersyukur saya, sehingga saya memiliki pemikiran yang sempit yang menyebabkan saya merasa semua yang saya lalui terasa berat. Kesenangan, nikmat dan indahnya nikah tertutupi masalah"..
Saya tidak segera sadar, klo apa yang saya lalui sekarang memang jalan yang terbaik dari Alloh untuk saya. saya lupa klo untuk memutuskan menikah saya juga berfikir dan beristikharah dulu meminta petunjuk Alloh apakah yang saya ambil memang terbaik untuk saya atau tidak. Tidak asal pilih dan tidak asal memutuskan. Dan saya pun yakin yang saya pilih memang yang terbaik dari Alloh, dan mungkin keadaan seperti sekarang memang salah satu resiko dari pilihan yang saya ambil. Dan tidak pantas jika saya menyesal... Karna memang yang saya lalui sekarang memang yang terbaik dariNya..



Mungkin dengan keadaan sekarang, bisa membuat saya lebih dewasa, bisa membuat saya menjadi orang yang lebih baik, bisa membuat saya berfikir dan bisa mengajarkan saya arti kehidupan. Haduh.. berat banget bahasanya yaa... heuheuheu.. kunaon atuh...??
Sebetulnya yang membuat saya seperti ini, karna dalam waktu dekat ini saya akan dihadapkan dengan pilihan yang menurut saya sulit. Klo kata aa seh, saya nya aja yang berfikir sulit. :Dpertengahan mei nanti saya mulai cuti, karna perkiraan persalinan sekitar pertengahan Juni, estimasinya seh tgl 17 Juni, -mudah" an diberi kelancaran- . Dan karna saya akan melahirkan di Tasik di tempat mertua, saya ambil cuti lebih awal, karna memang harus persiapan dan cek disana.. Insya Alloh mungkin kembali lagi ke kantor sekitar pertengahan Agustus..



Yang jadi masalah adalah apakah saya akan meneruskan bekerja atau full sebagai ibu rumah tangga?? mungkin bagi sebagian orang itu bukanlah pilihan yang sulit, tapi menurut saya, aga membingungkan karna saya dan suami memiliki perbedaan pendapat mengenai hal ini.. Suami saya tidak melarang ataupun mengharuskan saya bekerja, untuk masalah ini dia memberi kebebasan bagi saya untuk memilih. Yang saya inginkan, jika nanti tiba waktunya saya harus kembali bekerja, saya akan tetap bekerja dan anak kami di urus oleh orang lain ( baby sitter ) yah meskipun mungkin dede harus di bawa ke kontrakan kami, karna kami memang belum memiliki rumah. Alasannya, karna saya ingin memberikan asi eksklusif untuk anak kami dan saya juga tidak mau terpisah jauh dari anak kami. Saya ingin mengurus anak kami meskipun dihadapkan dengan keterbatasan waktu karna saya bekerja. Klo seperti itu, kenapa tidak memutuskan untuk fokus mengurus anak saja??



Alasannya, karna saya ingin membantu suami, meskipun saya sebagai perempuan tidak memiliki kewajiban untuk memberi nafkah, tapi saya ingin membantu suami. Setidaknya saya tidak meminta untuk kebutuhan saya. Lagipula suami saya adalah anak pertama di keluarganya dia memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya juga, meskipun bukan tulang punggung utama keluarga tapi dia memiliki tanggung jawab untuk menjadi helping hands di keluarga. Dan saya tidak mau suami saya memiliki beban yang double seperti itu, otomatis mau tidak mau saya harus membantu.



Selain itu, dengan bekerja, saya juga bisa bersosialisasi, meskipun mungkin klopun saya nanti sebagai ibu rumah tangga masih tetap bisa bersosialisasi jg. Tapi kan rasanya beda. Selain itu, jika saya memutuskan untuk tidak bekerja, suami saya meminta saya tidak tinggal di Jakarta tapi di Tasik. hmmm.... pilihan yang sulit kan??



Klo suami saya, pemikirannya ga seperti itu, dia inginnya, klo memang saya akan bekerja, anak kami tidak tinggal dengan kami, tapi tinggal dengan mertua saya. Dan kami menengoknya hanya 2 minggu sekali.. karna dia tidak mau membawa anak kami ke kontrakan apalagi diurus orang lain, bukan keluarga.. klopun akan dibawa, yah setelah agak besar..



Atau, klo saya ingin mengurus anak kami, suami saya inginnya saya tinggal di Tasik saja mengurus anak, mengurus rumah kami dan juga merintis usaha. Sedangkan kami bertemu mungkin hanya seminggu sekali. Dan saya tidak mau seperti itu, baik saya bekerja ataupun tidak saya tidak mau terpisah dari suami dan anak kami. itu yang jadi masalah...



hhhh... akhrinya, dikeluarkan juga unek" nya.. sebenernya bs aja seh diputuskan nanti.. tapi teuteup.. setiap pilihan harus dipertimbangkan dulu.. haaaa... doakan akuh... Mudah" an kami diberi kelancaran dan kemudahan. Semoga saya diberi petunjuk agar bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk kami..


*pas googling nemu gambar di atas, lucu jg ta save we.. tapi lupa sumbernya dari mana..

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hmm... emang sulit..
aq mungkin jg punya pikiran yang sama kaya kamu (secara) :D

yah, smoga aja dikasi petunjuk pilihan mana yg harus diambil

^ ^